Halaman

Senin, 16 Januari 2012

Surat untuk Kak Dee

Untuk Blog Contest Mizan.com

Link

Kepada Dewi ‘Dee’ Lestari,


Assalamualaikum, Kak Dee.

Bagaimana Partikel-nya? (tidak sopan, bukan menanyakan kabar) :D

Sebelumnya, aku dan Kak Dee terpaut usia yang cukup jauh. Mungkin… kita berbeda 21 tahun untuk tahun Naga ini. Jadi, sebaiknya aku memanggil apa, ya? Tante? Ibu?. Tapi sepertinya ‘kak’ lebih tepat untuk membuat aku menjadi lebih nyaman menulisnya –mungkin Kak Dee juga merasa lebih nyaman juga. Mungkin.

Aku masih 14 tahun. Masih menduduki bangku SMP dan mengenyam aljabar. Tetapi, aku menyukai karya-karyamu. Semenjak 5 SD. Boleh aku ceritakan sedikit, ya?

Awalnya, aku hanya menyalakan televisi yang sedang menampilkan acara musik. Mungkin sekitar tahun 2009. Dan aku melihat orang menyenandungkan lagu ‘Malaikat Juga Tahu’ yang sedang populer. Waktu itu aku juga menikmatinya. Sungguh, aku mengenal Kak Dee pertama kali bukan sebagai penulis, melainkan penyanyi.

Sampai akhirnya, aku menemukan akun Twitter –Kak Dee di linikalaku. Saat aku meng-kliknya –tampil profile twitter Kak Dee, sekaligus tertera bio dan background. Background saat itu adalah cover Perahu Kertas. Aku juga melihat followers Kak Dee yang cukup banyak. Semenjak itu, aku mulai mengenal Kak Dee sebagai penulis.

Diawali dengan membeli buku Perahu Kertas, Kak Dee menyajikan cerita yang benar-benar menakjubkan. Alur ceritanya tak membosankan walaupun kisah cinta Keenan dengan beberapa perempuan, tetapi aku tetap menikmatinya. Aku pun menambahkan nama Kak Dee sebagai penulis favoritku. Aku juga sudah membeli novel Madre-mu, lho.

Dan ini juga yang harus Kak Dee ketahui.

Saat aku membaca Madre, aku melihat kata yang dituangkan Bapak Sitok Srengenge, yaitu Supernova. Jujur, aku belum mengenal Supernova milik Kak Dee yang sangat merajalela pada tahun aku masih baru mulai belajar membaca. Mungkin ini masalah zamanku yang berbeda dengan Kak Dee –dan kebetulan Ibuku tak suka membaca, saat kutanya tentang Supernova, dia hanya berkomentar : “Iya, Kak. Itu terkenal banget dulu.”

Tetapi, rasa penasaranku akan Supernova sedikit mereda.

Di rumah Nenek, tepatnya di rak-rak buku yang usang, aku menemukan buku Supernova: Petir. Itu buku sudah cukup lama. Buku itu terbitan Akur, Cetakan 1: Desember 2004. Segera aku mencari lagi, siapa tahu aku menemukan Akar dan Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh. Tapi hasilnya nihil. Aku hanya menemukan Petir. Dimulai dengan Kado Hari Jadi yang menceritakan Dhimas, Ruben, Gio, Diva yang sama sekali tidak kukenal siapa mereka –sehingga aku melanjutkan ke bagian petir yang seperti memulai kisah dari awal.

Sampai sekarang, bukumu yang aku miliki : Supernova Episode Petir, Perahu Kertas dan Madre. Mungkin belum lengkap semuanya, tetapi aku benar-benar ingin memiliki semuanya. Itu saja. Seandainya aku lebih tua –sekitar 5 tahun dari umurku sekarang, mungkin aku bisa memilikinya. Terlebih-lebih Supernova yang sangat menarik.

Kak Dee, mungkin ini saja dari suratku. Aku suka buku-buku Kak Dee. Kata-kata yang dirangkai sangat menarik, filosofi-filosofi yang sangat menggugah, alur yang sangat luar biasa, semuanya. Tetaplah menulis, ya. Dan satu lagi yang perlu diingat, Kak Dee menginspirasi pembaca, termasuk diriku.


Oh, iya. Sampaikan salamku pada Dhimas, Ruben, Gio, Diva, Ferre, Rana, Bodhi, Kell, dan katakan bahwa aku ingin bertemu mereka.


Salam Supernova,


Sofwan Rizky.


Nama: Mohamad Sofwan Rizky

Untuk: Mizan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar