Halaman

Kamis, 21 Juni 2012

Cicip

Aku tahu, Tuhan. Kau yang menghidangkan, sedangkan aku yang harus mencicipi.

Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya mencicipi bibir dunia. Terjun dalam dimensi yang terlalu kelu untuk digenggam, dan menggapai apa yang harus dicoba. Menyadari jika menyandang titel 'manusia', ia harus dapat menangani harapan yang terus membanjir.

Aku hanya tahu, harapan bersifat infinit. Sedangkan waktuku mencicipi dunia serasa sedetik.

Aku terperangkap dalam angan kebahagiaan yang terlalu tinggi. Tanganku terlalu kecil untuk menggenggam semua, dan telapak tanganku terlalu mungil untuk melukis apa yang aku mau. Hanya otakku yang memerih. Merintih karena tertindas oleh harapan. Meronta karena terus mencicipi sisi yang salah, yang pahit.

Satu yang perlu kau tahu, lidahku akan selalu siap. Mendeteksi mana rasa manis yang datang pada waktu yang tepat.

Ya, mungkin ini adalah waktu untuk bercengkrama dengan sebuah imaji rasa manis