Halaman

Jumat, 24 Februari 2012

Kantin Bu Marni

Ha-lo!
Post ini bukanlah post baru, bukan ide baru, bukan utusan tentara baru dari otak saya. Melainkan sebuah cerita yang sudah lama, hampir terlupakan, namun kini muncul kembali. Diawali dengan ditemukannya buku tulis yang berisi cerita tersebut. Cerita ini saya tulis saat lomba mengarang -saat menduduki sekolah dasar. Dan cerita ini yang membuat saya menang. :-D

Cerita ini sedikit direvisi, agar nyaman dibaca.
Selamat mencicipi!

***
Pada suatu hari, terdapat sebuah sekolah bernama SD Barisan Membentang. Di sekolah itu, terdapat dua kantin. Kantin itu terdiri dari kantin Bu Marni dan kantin Pak Karjo. Dua kantin ini sangatlah berbeda. Bukan dari barang jajakannya, namun dari ramainya kerumunan yang terlihat. Kantin Bu Marni sangatlah ramai pembeli, sedangkan kantin Pak Karjo sangat sepi.

...Dan ini yang membuat Pak Karjo menjadi iri.

Akhirnya Pak Karjo mempunyai niat jahat, ia ingin menghancurkan kantin Bu Marni.

"Lihat saja, kantinmu akan hancur!" dengus Pak Karjo kesal. Matanya membesar lebar. Wajahnya marah tak terkendali.

Sedangkan di Kantin Bu Marni, tampak banyak pembeli disana. Sampai-sampai Bu Marni jadi kewalahan. Tetapi, dia terus tersenyum. Menyingkirkan rasa lelahnya.

"Alhamdulillah, penghasilanku setiap hari semakin banyak," syukurnya.

***
Saat malam hari, Pak Karjo sedang berjalan dengan hati-hati. Sengaja ia memperkecil langkahnya. Dia berjalan mengendap-ngendap karena ingin menghancurkan kantin Bu Marni. Malam itu sangatlah gelap, tidak ada penerangan. Sehingga terkadang mengganggu penglihatan Pak Karjo.

Pak Karjo mulai menghancurkan kantin Bu Marni. Derai gelas yang pecah terdengar keras. Berbagai perabotan jatuh ke lantai dengan tidak semestinya. Semuanya berantakan. Hancur.

Pak Karjo tersenyum puas. Menahan rasa tawa yang berkecamuk. "Rasakan ini, Marni!"

***
Keesokan harinya, Pak Karjo merapihkan bajunya. Berjalan dengan gagah menuju kantin Bu Marni. Ocehan-ocehan buruknya sudah menunggu untuk dilontarkan. Matanya tak sabar untuk melihat tangisan Bu Marni.

Sesampainya disana, Pak Karjo terbelalak.

Kantin Bu Marni tampak seperti biasa, ramai pembeli, rapih, dan lengkap. Tak ada satupun yang hancur. Tak ada yang rusak. Semuanya seperti biasanya.

Pak Karjo menelan ludah. Firasat buruk menghantamnya kencang.

Dia berbalik badan dan menatap kantinnya. Kantinnya berantakan. Hancur. Rusak. Benda-benda bertebaran di lantai. Barang jualannya dikelilingi lalat karena jatuh ke aspal.

Dia gemertak kesal. Mengerti akan siasat buruknya yang mengenai dirinya sendiri. Ternyata kemarin malam dia menghancurkan kantinnya sendiri, bukan kantin Bu Marni. Dia kesal mengapa langit begitu gelap. Dia benci mengapa langit begitu akrab dengan Bu Marni.

Segera dia menyimpulkan,

Senjata makan tuan!

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar