Halaman

Sabtu, 03 Mei 2014

Berkaca dengan Setetes Embun

Mari berkaca dengan setetes embun
Ia tercipta di tengah awan merontokkan peluhnya
Ia muncul saat angin sibuk membekukan biasnya
Hingga ia tercekik dingin
Tersungkur dalam doa
Namun siapa sangka
Di tengah deritanya
Ia sibuk merengkuh daun

Mari berkaca dengan setetes embun
Dalam duka, ia tetap menomorsatukan setia
Menggelayut hangat di atas daun yang menggigil
Mengecup hangat saat daun bergetar pilu
Ia sangat menghargai setiap detik yang merintik
Mencintai setiap geraknya yang perlahan-lahan
--menuruni lereng daun yang kini mulai menghangat

Mari berkaca dengan setetes embun
Kini waktu telah tiba
Ia mendamba di ujung daun yang merona
Tugasnya kini telah usai, Kawan
Biarkanlah waktu menggerogotinya hingga tiada
Asal jangan merenggut rasa setia yang telah tercipta

Mari berkaca dengan setetes embun
--akhirnya ia terjatuh
Berkecipak di atas tanah yang lembab, hingga berbunyi:
Mencinta dengan setia adalah sebuah karunia


Sofwan Rizky, 2013


***

Catatan:
Tulisan ini dibuat saat pelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar