Halaman

Minggu, 25 Mei 2014

Beda


PARAGRAF yang kutulis ini sepertinya terlalu simpel untuk menggambarkan rumitnya kisah kami. Mereka bilang, sangat mustahil bagi kami untuk bersatu. Bayangkan saja, seorang dokter anak seperti aku bisa jatuh cinta dengan seorang penyanyi jazz di kafe-kafe. Orang-orang berkata, itu sudah petaka. Perbedaan jelas-jelas merupakan jurang pemisah di antara aku dengannya. Tetapi, kami masih kukuh bertahan dengan mengatasnamakan titel cinta. Ibaratnya, aku adalah laut yang tenang, sedangkan dia adalah latte yang menunjukkan gejolak buih. Berbeda, tapi kami masih sama-sama air. Aku menenangkan, sedangkan dia menghangatkan. Betapa sempurnanya perbedaan itu, bukan? Tetapi, aku ingat bagaimana akhirnya kami mengalah kepada takdir. Di sebuah kafe, kami sama-sama berikrar 'aku tak mau tenggelam dalam lautmu lebih jauh tanpa pelampung' katanya, sedangkan aku, 'aku tak mau larut dalam lattemu jika tak pernah bisa dicicipi'. Kami tahu. Kami tak pernah bisa berlanjut. Oleh karena itu, aku tak kuasa meluruhkan air mataku saat ia menyanyikanku sebuah lagu jazz berjudul 'Please Don't Talk About Me When I'm Gone' dari Billie Holiday. Sungguh, suaranya saat itu sehangat latte. Dan air mataku yang jatuh pun terasa asin, seperti laut. Hal itu saja sudah terdengar berbeda, bukan, menurutmu?







Catatan:

Paragraf ini diikutsertakan dalam Give Away Interlude @_nikmal. Selain memang tertarik sama Interlude, Give Away ini juga membuat saya tertarik karena ditantang untuk membuat sebuah paragraf bertemakan Kafe-Jazz-Latte-Laut. Prosesnya cepat, dan inilah hasilnya. :)

3 komentar: