Halaman

Senin, 23 Desember 2013

Takdir dan Parfum Teh Ocha

AKHIR-akhir ini, aku sering diserang pertanyaan begini: "Kapan sih kamu mau punya pacar? Malu tauk, udah kepala tiga masih sendiri!"

Nah, itulah salah satu pertanyaan yang kini diajukan oleh Rachel, sahabat dekatku.

Aku mendecak kesal. "Kan sudah pernah aku bilang, jodohku itu adalah seseorang yang menggunakan parfum aroma teh ocha. Khususnya aroma galangal. Titik!"

Wajah Rachel tampak meremehkan. "Halah, alasan aja kamu. Aku tahu itu cuma akal-akalan kamu aja. Mana ada parfum aroma teh ocha? Ngaco dasar!"

Setelah itu, kami tertawa. 

Walau sebenarnya, perkataan Rachel memang benar. Selama ini aku hanya menjadikan parfum teh ocha sebagai alasan atas kesendirianku. Aku tahu aku salah. Teramat salah.

 Tetapi, asal kalian tahu, aku nggak ingin menjadi lebih salah.

Ya, aku memang harus menahannya. Walau sepertinya takdir sudah menertawaiku sejak tadi.

***

MALAM hari, aku memasuki bus yang penuh sesak. Sigap, aku memutar kedua mataku. 

Ah, lagi-lagi semua jatah kursi kosong telah habis. Aku terpaksa berdiri sepanjang perjalanan.

Dan-nah, ini yang membuatku kesal. Udara yang kuhirup terasa sesak, penuh keringat. Atmosfer pun terasa panas. Aku jadi bingung, apa nggak ada lelaki yang mengalah untuk perempuan seperti aku yang sedang berdiri kepanasan begini?

Tiba-tiba, seolah membaca pikiranku, seorang wanita cantik bangkit dari kursinya. Ia mendongakkan kepala, dan berkata kepadaku.

"Aku tahu kamu capek. Kamu bisa duduk di sini," ucapnya manis.

Satu-dua detik, aku terdiam pasi.

Wanita itu sangat cantik. Bibirnya merah jambu memikat. Rambutnya lurus dan di ujungnya mengeriting dengan menawan. Alisnya tampak jelas nan tegas. Sedangkan matanya, entah apakah ini berlebihan, mata itu adalah salah satu mata terindah yang pernah aku lihat. Dan wangi tubuhnya...

Tunggu, tunggu... Aroma teh ocha galangal?

"Silakan duduk, Mbak." Tiba-tiba wanita itu mengaburkan semua lamunanku.

Canggung, aku tersenyum. Walau sebenarnya, aku ingin menangis. Sekeras-kerasnya. Sekarang juga.

Aku mengangguk ramah, lalu terduduk lemas di tempat.

Sambil menyeka air mata yang muncul, aku harus akui: aku takkan pernah bisa membohongi takdir.




Catatan: Salah satu alasan mengapa saya jarang update blog ini ialah.... Ya, kehidupan SMA ternyata menuntut banyak waktu milik saya. Tetapi, di sela-sela waktu, saya tetap menulis. Yang hanya, tulisan itu tersimpan di notes handphone (Mengingat laptop entah mengapa menjadi-cek post sebelumnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar