Halaman

Senin, 06 Agustus 2012

The Cupib Team ( #1 Xiao Mei)


Halo! Kembali lagi, kali ini dengan hal yang berbeda. Saya ingin memperkenalkan dengan serial baru dari blog ini, yaitu The Cupib Team. Cerita konyol penuh dengan absurditas namun mengisi kekosongan waktu, saya anggap bisa menuang indah dalam blog ini.

Karena mulai sekarang, saya ingin menulis The Cupib Team . Tokoh-tokohnya nanti juga akan bermunculan, karena pasti, The Cupib Team bukan berisi satu orang, namun banyak. Dan juga memiliki banyak kemampuan aneh.

Episode pertama, dimulai dari gadis cina, Xiao Mei. Selamat menikmati! :D


***
Pib. Pib. Pib.

Seiring dengan deringan alarmnya yang nyaring, Mei bangkit dari ranjangnya. Tak lupa ia mengangkat kedua tangannya, meregangkan tulang punggungnya. Ia ber-hoam-lebar, mempertunjukkan dua lubang hidungnya yang besarnya bukan main. Namun, Mei tak pernah ambil pusing. Dia juga tak malu-malu menyejajarkan dua lubang hidungnya dengan sebuah goa penuh kelelawar-kelelawar yang hinggap di stalaktitnya. Karena apa?

Pib.
Rutinitasnya yang aneh bukan main mengantarkannya untuk menyandang sebuah titel kewarasan. Setidaknya, menurutnya. Bukan menurut orang lain. Karena apa? (lagi), menurut seorang Xiao Mei, semua manusia di dunia ini itu gila. Hanya beberapa yang waras. Ya, contohnya dia.

Pib.
Sebuah bunyi yang selalu ia suka. Ya, upilnya yang jatuh. Mei tak pernah tahu apakah ada kotoran hidung yang jatuh dengan sendirinya dari sebuah hidung. Mei juga tak pernah memikirkan bila apakah ada upil yang berbunyi ‘pib’ bila menyentuh permukaan. Karena seumur hidupnya peristiwa itu terlihat langka, Mei mengkalsifikasikannya menjadi kemampuan khusus. Jarang-jarang, kan, ada upil yang bisa berbunyi lucu seperti sandal anak-anak yang cit-cit-cit bila berjalan.

Pib.

Tuh, kan. Upilnya nggak terbendung lagi. Dengan mudahnya upilnya berseliweran keluar dari tempatnya tanpa ada portal yang membendung. Mei menggeleng-gelengkan kepalanya ekstra cepat, dan ajaibnya, upil-upilnya juga keluar lancar seperti meriam. Mei menyeringai, dia membayangkan bagaimana jadinya bila upilnya benar-benar meriam. Meledak di mana-mana. Kalau itu terjadi, ia bisa menggunakannya untuk menakut-nakuti Haven yang sering menyebutnya ‘Cipil’ atau sebutlah ‘Cina Upil’.

Pib.

Mei bangkit dan menuju kamar mandi. Sampai sekarang, entah mengapa ia sama sekali tidak risih atau histeris karena upilnya yang ajaib itu. Malah, dia menunggu sesuatu dari sana. Apakah upilku bisa berbunyi ‘hickory, dickory, dock, the mouse ran up the clock’?

***

Kaki-kaki kecil Xiao Mei menyusuri koridor kelasnya. Derapan kakinya yang mungil seperti sedang menapak di empuknya bantal awan. Tak terdengar. Tas kecilnya yang menghinggap di pundaknya sangat imut bila disandingkan dengan rambutnya yang dikucir dua dan indahnya, bergoyang-goyang. Seperti sungut semut bila berjalan, berbunyi tuing-tuing.

Xiao Mei pun sampai di depan kelasnya. Dan dengan santainya, ia membuka gagang pintunya dan...

“OH TIDAAK! CIPIL DATAAANG!” Suara Bob Si Gendut langsung berkeliaran di mana-mana. Tersumpal puluhan roti yang masuk di mulutnya, tak menyurutkan teriakannya yang seperti speaker masjid.

Dengan tenangnya, Xiao Mei hanya menyipitkan matanya yang sudah sipit. Sigap, ia duduk di tempatnya.

Xiao Mei duduk paling belakang, paling pojok, sendirian pula. Berbeda dengan anak-anak yang lain, yang sudah dijatahkan untuk duduk berdua sebangku. Tetapi, apa boleh buat, Xiao Mei harus mengerti. Dia berjalan dalam radius lima meter dari teman-temannya yang norak itu saja sudah ngacir duluan.

Dan benar saja, gerombolannya Haven Cs datang menghampiri meja Xiao Mei. “Eww. Jadi orang kok nggak pernah sadar, ya.” Xiao Mei hanya terdiam. Matanya benar-benar muak melihat Haven yang sok memainkan rambutnya yang panjang.

Tak mau kalah, Xiao Mei membenarkan kucir duanya, agar terus bisa bergoyang-goyang.

Dengan sinisnya, Haven gemertak. Ia menghantam meja Xiao Mei. “EH! Jangan sok ikutin gue, ya. Rambut lo itu jauh abis sama gue. Dan, rambut lo itu nggak ada yang bisa dimainin. Namanya juga Cipil. Apa, Girls?”

Dengan kompak, Ellie, Annie, Eve menyahut dari belakang Angel. “CINA UPIL!”

Kali ini, Xiao Mei benar-benar marah. Berani-beraninya seorang Haven menghina-hina kucir dua miliknya. Tidak tahukah dia bahwa gaya kucir ini peninggalan ibu Xiao Mei? Tidak tahukah bahwa rambut Xiao Mei sangat bersejarah? Rambut yang sudah dioles dengan darah semut?

Cepat, Xiao Mei memasukkan jari telunjuknya di hidung. Mengobrak-abriknya, mencari kekuatannya yang entah menyelip di mana. Seperti biasa, pencarian itu terlihat mudah. Xiao Mei langsung menyodorkan upilnya kepada Haven, dan langsung disambut dengan jeritan Haven yang terlihat basi itu.

“EWWW! CIPIL! IH! IH!” Haven kabur, kembali ke tempatnya. Ia mendelik kepada Xiao Mei, mengerucutkan bibirnya sok imut. “Ih, lo bener-bener gila, ya. Upil kok dipamer-pamerin,”
Xiao Mei hanya terdiam. Ya, itulah senjata ampuhnya selama ini. Senjata untuk melumpuhkan teman-temannya yang busuknya sama semua. Satu buah upil, yang padahal hanya benda kecil tersumbat di hidung.

Diam-diam, ia memasukkan upilnya kembali ke hidungnya.

***

Di tengah malam yang menusuk dingin, Xiao Mei masih terjaga.

Ia hanya merebahkan tubuhnya di ranjang, memperhatikan upilnya baik-baik. Sungguh, deh. Sejorok-joroknya dia, dia masih sempat untuk berpikir terakhir kalinya. Upil kan jorok. Dan upil nggak ada yang berbunyi ‘Pib’. Maksud Mama itu apa, sih, menyuruhku untuk siap sedia dengan upil di hidungku?

Xiao Mei tahu, lubang hidungnya besar. Diameter hidungnya mungkin mencapai tiga senti. Tetapi, sampai sekarang, dia benar-benar belum tahu. Mengapa almarhum mamanya memerintahkannya untuk terus berupil?

Dengan mata yang sudah meruyup suntuk, Xiao Mei terus memerhatikan salah satu upilnya baik-baik. Bulat, jumbo (bila dibandingkan dengan upil manusia normal), hijau, teksturnya tak polos, bergerigi. Ia terus memperluas matanya untuk meneliti seluk beluk upilnya.

Selang dua detik, matanya tiba-tiba terbeliak. Matanya membundar lebar, mengerjap-ngerjap beberapa kali. Ia terlonjak dari tempat tidurnya, memperhatikan upilnya yang tiba-tiba bersinar terang. Sinarnya sangat menyilaukan mata.

Mulut Xiao Mei menganga, ia tak henti-hentinya untuk takjub. Tubuhnya hanya mematung karena sendi-sendinya yang memaku. Tak bisa digerakkan. Dalam relungnya, ia sedikit berdecak, u-upilku k-kenapa?

Dan selanjutnya, semua pertanyaannya terungkap sudah. Upil yang bersinar itu melayang, berpendar menerangi ruangan. Upil itu pun bergerak, menyembulkan mata, bibir, mengeluarkan tangan dan kaki. Xiao Mei semakin dibuat terpukau.

Sinar itu semakin menyala, Xiao Mei semakin terperanjat.

Upil itu pun merekah, bibirnya mulai bergerak.

Xiao Mei semakin tergidik. Tak siap menyaksikan fenomena selanjutnya.

Dalam keheningan malam yang membungkus ruangan, sinar itu melenyap. Upil itu terus merekah, memancarkan pesonanya.

Dalam dua detik, entah mengapa upil itu ternyata berbahasa. “Hai, Xiao Mei. Selamat datang di Cupib Team!”

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar