The Cupib Team datang lagi! Kali ini, saya akan memperkenalkan tokoh baru: Uphyl, upil ajaib milik Xiao Mei. Saya menuliskan bagian kedua ini malam-malam, di tengah mata yang sudah meruyup suntuk. Jadi, maaf bila alurnya terlalu cepat atau tidak pas.
Selamat membaca!
***
Tubuh
Xiao Mei masih terguncang getar, bibirnya sulit digerakkan. Kumpulan kata-kata
takjub mengubun di hatinya, namun tertahan saat menyentuh kulit bibir.
“Kenapa
Xiao Mei? Kenapa kamu diam saja?” Upil itu berkacak pinggang, berkata santai
seolah tak pernah menjejak realitas.
Xiao
Mei tergidik. Cukup saja pemandangan di depannya satu itu menghapuskan
kewarasannya. Coba, deh, apakah ada sebuah upil yang memiliki tangan dan kaki,
ditambah lagi, upil itu bergaya tengil sekali? “SIAPA KAMU, SIAPA?” Xiao Mei
menyodorkan gagang sapu, yang sudah pasti bisa melenyapkan upil satu itu.
“Hei,
hei, aku itu upilmu. Kamu mentorku, Xiao Mei. Aku sudah diutus untuk bersamamu.
Mewaraskan dunia, lewat The Cupib Team!”
Xiao Mei mengernyitkan kening, tak mengerti apa yang diucapkan upil aneh bin ajaib itu. “Duh,
saya nggak ngerti kamu ngomong apa. Pergi, pergi! Jadi upil, ya upil aja! Sini,
masuk lagi.” Perintah Xiao Mei, mendekatkan hidungnya ke upil satu itu.
Refleks,
upil itu pun mengelak, menghindar dari lubang hidung Xiao Mei. “Hih, aku bukan
upil biasa, Xiao Mei. Aku mentormu. Kita adalah satu agen dan satu misi!”
Xiao
Mei menganga lebar, mencoba memberikan waktu untuk upil itu berbicara. Gagang
sapu itu mendadak lengser dari tangannya, hingga jatuh membentur lantai. Efek
pemain sinetron handal.
“Nah,
bagus bila kamu bisa diam,” upil itu mendeham, siap bertutur panjang. “Hem,
hem, hem. Namaku Uphyl CJ9. Teman-teman memanggilku sih Uphyl. Di Planet Cubip,
aku adalah upil berinteligensi paling mencuat dibandingkan yang lain. Jadi,
nggak heran Bos Besar mengirimkan aku, untuk menjadi mentor kamu.”
“Ha?
Apa sih? Nggak jelas.” Gerutu Xiao Mei.
“Dengarkan
aku dulu!” gertak upil yang bernama Uphyl, tak sabar. “Planet Cubip sedang
dalam keadaan bahaya. Quthu si Kutu Alay telah berhasil terjun ke bumi. Dia
ingin mengacaukan segala tatanan dunia. Mulai dari ilmu, penghuninya, semuanya!
Quthu datang membawa pasukan-pasukannya, dan gerombolannya tidak bisa dianggap
remeh,” Uphyl menelan ludahnya (semoga ada) berat, “sehingga, Bos Besar telah
mengutus lima kandidat manusia untuk mewaraskan semuanya. Sebelum terlambat.
Dan salah satunya itu kamu, Xiao Mei. Kamulah anggota pertama The Cupib Team.
Dan kamu harus menerima kalau aku adalah mentormu.”
Xiao
Mei menggelengkan kepalanya berkali, menampar pipinya sendiri. Alhasil, bukan
tersadar diri, tetapi ia sadar itu rasanya sakit. “Apakah aku mimpi? Lalu, ke
mana empat kandidat itu berada?”
Uphyl
mencoba berpikir, serius. “Hem, aku juga tidak tahu. Empat mentor yang lain
juga masih mencarinya. Dan aku beruntung, aku bisa menemukanmu secepat ini.”
“Tapi
sebenarnya aku tak berharap menemukanmu.” Ucap Xiao Mei lesu, tak bersemangat. “Lalu,
apa yang harus kulakukan?”
“Yang
kamu harus lakukan? Memberantas kejahatan Si Quthu jahat, Xiao Mei! Ingat, aku
memiliki kekuatan super. Aku bisa membantumu kapan saja dan di mana saja. Jadi,
kamu harus membawaku ke mana pun kamu pergi!”
Xiao
Mei membuang napas panjang. “Aku harus membawamu ke sekolah? Aku harus
meletakkanmu di mana? Di hidungku?”
Uphyl
cepat-cepat menyergah, “nggak mau! Nggak lagi-lagi, deh! Biarkan aku menghirup
udara bebas!”
Xiao
Mei terduduk lemas di tempat tidurnya, membayangkan kehidupannya yang semakin
absurd setelah kedatangan Uphyl dari Planet Cubip, Quthu si Kutu Alay dan Haven
yang menjerit-jerit bila ia melihat semua keanehan itu terjadi. Dan seketika,
Xiao Mei memejamkan mata, meminta tolong kepada ibunya entah di mana...
Mama, tolonglah anakmu ini...
***
Jam
istirahat. Xiao Mei membuka bekalnya, menggigit setangkup roti yang sudah ia
siapkan sebelumnya.
“Xiao
Mei, siapa sih gerombolan cewek-cewek pecicilan tadi? Sok cantik sekali mereka.
Rempong pula.” Keluh Uphyl, mendarat di pundak Xiao Mei tiba-tiba.
Xiao
Mei pun terkesiap. Ia tak menyangka, bahwa upil ternyata gaul juga. “Namanya
Haven Cs. Mereka memang sudah begitu. Tetapi untukku, aku sudah kebal dibebati
obrolan mereka yang memuakkan.”
Uphyl
memasang wajah iba, menepuk-nepuk pundak Xiao Mei. “Cup-cup, sabar ya...”
Seusai
mereka berbincang, terdengar teriakan yang menggema keras di sepanjang koridor.
Puluhan anak menghambur, berlari-lari sembari menjerit di koridor sekolah. Xiao
Mei menoleh, menatap Uphyl bingung. “Phyl, ada apa, nih? Kok pada lari-lari
begini? Apa aku harus berlari juga? Atau kembali melanjutkan memakan roti ini?”
Wajah
Uphyl mendadak panik. Tiba-tiba, seolah ada radar, Uphyl berketap-ketip,
memunculkan sinar warna-warni seperti lampu disko. Dia pun tak luput dari bunyi
PIB! PIB! PIB! Yang amat keras. “Xiao
Mei, keadaan kita dalam bahaya! Quthu si Kutu Alay sudah...”
Belum
selesai kalimat itu terlontar, tiba-tiba kumpulan kutu-kutu datang, menerobos
kaca koridor. Belum usai, datang kembali kutu-kutu yang lebih besar, terbang
sambil berkacak pinggang.
“HALLOUCHH,
DUNIAHH! QEMI MAO NIMBRUNG NIH, UNTUK MEMBASMI EIKE-EIKE SEMUA YANG ICH ICH ICH
GANGGU, DECH!” Teriak kutu raksasa yang bernama
Quthu, sambil tertawa terbahak-bahak.
Xiao
Mei meringis ngeri, langkahnya seketika memundur. Ia tak tahu harus membalas
ucapan itu dengan bahasa apa. Karena, dia pun tak tahu, itu bahasa apa? “Uphyl,
apa yang harus kita lakukan!”
“Kamu
harus mengatakan sesuatu jurus kepadaku, Xiao Mei! Agar aku bisa melawannya!”
“JURUS?
JURUS APA?”
“APA
SAJA! CEPAT! SEBELUM VIRUS ITU MENYEBAR!”
Xiao
Mei pun berpikir keras dalam keterbatasan waktu, mencari-cari nama jurus yang
masuk akal. Hingga akhirnya, ia pun mencetuskan sesuatu. “UPHYL, MAJU!”
Uphyl
pun melompat, menuju Quthu raksasa itu.
“GELEMBUNG
UPIL KECIL-KECILAN!” teriak Xiao Mei keras, menaruh pandangan matanya di setiap
gerakan Uphyl.
Sebelum
Quthu si Raksasa ingin mengeluarkan jurus alaynya, gelembung-gelembung upil
sudah menubruk tubuhnya. Uphyl berhasil membuat Quthu terhempas jauh, hampir
melayang di udara.
“Bagus,
Uphyl!” dukung Xiao Mei dari arah belakang, mengangkat jempolnya.
Saat
mereka kira Quthu sudah kalah terhempas ke belakang dan kalah, ternyata Quthu
malah berbalik menyerang, dengan kekuatan yang lebih kuat. Ia mengeluarkan
serupa cairan hitam ke tubuh upil yang dinamakan Quthu jurus ‘Cairan Hitam
Pekat Eksotis Menghipnotis’, hingga Uphyl terjengkal jauh, jatuh lemas di
pangkuan Xiao Mei.
“UPHYYL!
Ayo, Uphyl! Kamu harus bangkit lagi! Kamu bisa mengalahkan monster itu!”
Uphyl,
dengan mata yang sudah suntuk, berkata lirih. “Maafkan aku, Xiao Mei. Itu
terlalu sulit sekarang...”
“Kenapa?
Kamu harus bangun!”
“Aku...”
Uphyl berucap.
“Apa?
Kenapa?” tanya Xiao Mei bertubi-tubi.
“Aku...
pengen pipis.”
Dan
seketika, bumi terasa mengendur. Amarah Xiao Mei mengubun tinggi. Segera, Xiao
Mei meraih tangan Uphyl, mengajaknya berlari menuju toilet.
Mereka
berlari-lari, menjauhi cairan hitam si Quthu Alay yang beranjak mendekat.
***
Sesampainya
di depan toilet, Xiao Mei segera mendobrak pintu yang ada, tanpa memperdulikan
itu toilet laki-laki atau toilet perempuan.
“Kamu
mau pipis di mana? Di WC? Di wastafel? Atau di got-nya?” tanya Xiao Mei
mendesak, menatap serius wajah Uphyl yang tampak kebelet.
“Ya,
di toilet, lah! Memang biasanya di mana!” bantah Uphyl, tak terima.
“Duh,
aku yang manusia aja suka di wastafel, kok!” sahut Xiao Mei santai,
menggedor-gedor pintu WC yang terkunci. “Ya ampun, pakai ada yang di dalam
segala. Nggak tahu keadaannya terjepit banget apa?”
“Hoooi!
Yang di dalam cepetan! Kami sedang ingin memberantas Quthu Alay!” teriak Xiao
Mei, mendesak.
Lengang
sempat mampir berkuasa. Tak lama, terdengar tangis yang bergaung di dalam sana.
“Huhuhu...
aku takut sama teman-teman, bila mereka tahu aku pup di celana. Aku takut aku
nggak akan punya teman lagi... huhuhu...” isakan itu semakin terdengar keras,
tangisnya pun meledak di mana-mana.
Xiao
Mei menatap Uphyl bingung. Merasa antusias, Xiao Mei mendekatkan telinganya di
pintu.
Dan
seketika, ia mengenali siapa pemilik suara itu...
Siapakah manusia yang pupnya
terlanjur ke luar itu?
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar